TUGAS AKHIR MID
SEMESTER GASAL 2015/2016
TEORI TEORI
PERILAKU
DISUSUN OLEH:
NAMA : KHONSA’ IZZATUL
JANNAH
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015/2016
HALAMAN PENGESAHAN
Karya
tulis oleh : Khonsa’ Izzatul
Jannah
Judul : Teori Teori
Perilaku
Telah
disetujui sebagai tugas akhir Mid Semester Gasal Mata Kuliah Psikologi Umum pada
tanggal Oktober 2015
Mengetahui,
PETUGAS PERPUS PENULIS
( ) (Khonsa’
IJ)
Dosen Pengampu
Mata Kuliah Psikologi Umum
(Drs. Soleh Amini, S.Psi, M.Si)
KATA PENGANTAR
Maha suci Allah yang telah memberi kita beragam
kenikmatan, yang tidak bisa kita hitung berapa banyaknya . Salah satunya yaitu
kenikmatan belajar, kenikmatan kesempatan berpeluh telah menuntut ilmu, juga
kenikmatan atas kemudahan kemudahan yang diberi-Nya dalam penyusunan makalah ini.
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas Mid semester Gasal dari mata kuliah Psikologi
Umum yan diampu oleh Bp. Soleh Amini, Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyyah Surakarta.
Kepada
pihak-pihak yang turut membantu dalam berbagai dukungan, kepada semua yang
telah membantu baik secara langsung atau tidak kangsung hingga tersusunya
makalah ini,saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarbya.
Saya
sepenuhnya sadar , jika makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu,
saya berharap jika kirannya sudi memeberi saya kritik dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini bermanfaat.
Surakarta, Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kehidupan dan
ragam tingkah laku manusia membentuk kehidupan itu sendiri, Kehidupan tercipta
dari interaksi sosial yang terjalin dan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang mempengaruhi proses interaksi sosial tersebut serta berbagai pembentukan
pandangan individu dalam membangun konstruk realitas sosial mereka.
Manusia dalam
kehidupan sehari-hari sebagai makluk sosial selalu berhubungan dengan orang
lain. Dalam menjalani hubungan tersebut, selalu ada saja yang ingin kita
ketahui tentang apa yang dikerjakan oleh orang lain. Keinginantahuan ini tidak
hanya kepada orang-orang terdekat yang kita kenal, tetapi juga meliputi mereka
yang ada di sekitar kita, atau juga mereka orang-orang terkenal yang kita
kenal. Rasa ingin tahu adalah bagian dari hidup dimana kita semua merasakan.
Berdasarkan
pengalaman pribadi saja tidaklah cukup untuk menarik atau membuat generalisasi
dari tingkah laku manusia yang kita amati. Fakta yang kita temukan belum tentu
memiliki keobyektifan. Oleh karena keterbatasan itulah, maka diperlukan suatu
metode penelitian ilmiah. Dalam hal ini, psikologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya
secara ilmiah dan sistematis dalam penelitiannya berusaha memberikan kejelasan
tentang perilaku manusia pada umumnya.
Psikologi merupakan ilmu tentang prilaku atau
aktivitas-aktivitas individu Perilaku
atau aktivitas-aktivitas tersebut dalam pengertian yang luas, yaitu perilaku
yang menampak (over behavior) dan prilaku yang tidak menampak (inner behavior),
demikian pula aktivitas-aktivitas tersebut di samping aktivitas motorik yang
termasuk aktivitas emosional dan kognitif (Branca Dkk, (dalam Amanda BT,
1994:1)).
Perilaku
atau aktivitas pada individu tidak timbul dengan sendirinya,tetapi sebagai
akibat dari stimulus yang diterima oleh individu yang bersangkutan, baik
stimulus eksternal maupun stimulus internal. Namun demikian, sebagian terbesar
dari perilaku arganisme itu sebagai respon terhadap stimulus eksternal. Ada
ahli yang memandang bahwa perilaku sebagai respon terhadap stimulus, akan
sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya dan individu atau organisme
seakan-akan tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya, hubungan
stimulus dan respon seakan-akan bersifat mekanistis. Pandangan semaca ini
umumnya merupakan pandangan yang bersifat behavioritis. Berbeda dengan
pandangan kaum behavioris adalah pandangan dari aliran kognitif, yaitu yang
memandang perilaku individu merupakan respon dari stimulus, namun dalam diri
individu itu ada kemampuan untuk menentukan perilaku yang diambilnya. Ini
berarti individu dalam keadaan aktif dalam menentukan perilaku yang diambilmya
( Bimo Walgito, 2003:15).
Berdasarkan uraian di atas
maka penulis menyusun penelitian dalam bentuk makalah tentang teori-teori perilaku dengan alasan teori ini sangat
penting untuk dipahami oleh mahasiswa di fakultas psikologi sebagai bekal
menggali informasi bagaimana dan mengapa individu berperilaku, berpikir, dan
memiliki perasaan tertentu (Yeni Widyastuti, 2014:2).
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan perilaku manusia?
2.
Apa yang dimaksud dengan teori insting dan bagaimana contoh atau
penerapannya?
3.
Apa yang dimaksud dengan teori dorongan dan bagaimana contoh atau
penerapannya?
4.
Apa yang dimaksud dengan teori insentif dan bagaimana contoh atau
penerapannya?
5.
Apa yang dimaksud dengan teori atribusi dan bagaimana contoh atau
penerapannya?
6.
Apa yang dimaksud dengan teori kognitif dan bagaimana contoh atau
penerapannya
C. Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengertian perilaku
manusia
2.
Mengetahui penjabaran dari teori insting serta contoh atau
penerapannya.
3.
Mengetahui penjabaran dari teori dorongan serta contoh atau
penerapannya.
4.
Mengetahui penjabaran dari teori insentif serta contoh atau
penerapannya.
5.
Mengetahui penjabaran dari teori atribusi serta contoh atau
penerapannya.
6.
Mengetahui penjabaran dari teori kognitif serta contoh atau
penerapannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku
yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai,
etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Menurut Skinner, perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari
luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons (Amanda BT, 1994:1).
Perilaku
juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya,
reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni dalam bentuk pasif (tanpa
tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit).
Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan
yang dilakukan oleh makhluk hidup ( Soekidjo Notoatmodjo, dalam Bimo Walgito,
1987:1).
Dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar.
B. Teori-Teori Perilaku Manusia
Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan
individu itu sendiri dan lingkungannya. Perilaku itu didorong oleh motif
tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa
teori. Di antara teori tersebut sebagai berikut di bawah ini (Amanda BT,
1994:13-20):
1. TEORI INSTING
Teori ini
dikemukakan oleh McDougall, sebagai pelopor dari psikologi sosial, yang
menerbitkan buku psikologi sosial pertama kali.Menurutnya, perilaku itu
disebabkan karena insting. Insting merupakan perilaku innate, yaitu perilaku
bawaan, dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman. Pendapat ini
mendapat tanggapan yang cukup tajam dari Allport yang berpendapat bahwa
perilaku manusia itu disebabkan karena banyak faktor, termasuk orang-orang yang
ada disekitarnya dengan perilakunya.Dan juga insting merupakan
kecenderungan paling dasar untuk bertingkah laku,yang berasal dari bawaan
biologis dan sebagai perwujudan psikologis dari sumber rangsangan somatik dalam
yang dibawa sejak lahir.Perwujudan psikologisnya disebut hasrat, sedangkan
rangsangan jasmaniahnya disebut kebutuhan. Contohnya dalam kehidupan
sehari-hari adalah seorang ibu
yang begitu menyayangi anaknya dan berusaha melindungi anaknya tanpa pamrih.
Ibu tersebut termotivasi oleh naluri ke-ibuan nya sebagai ibu yang telah
melahirkan dan mengandung anak tersebut.
2. TEORI DORONGAN (drive theory)
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa
organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu.Dorongan-dorongan itu berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan
organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme itu mempunyai
kebutuhan, dan organisme ingin memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi
ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berperilaku dan dapat
memenuhi kebutuhan itu, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari
dorongan-dorongan tersebut. Oleh karena itu, menurut Hull, teori ini disebut
juga teori drive reduction.Teori dorongan dapat juga didefinisikan yaitu
sebagai energi yang memunculkan perilaku yang diarahkan kepada jenis tujuan
yang spesifik,biasanya untuk memuaskan kebutuhan dasar.Hull mempostulasikan dua
macam dorongan. Yang pertama adalah dorongan primer, yang diasosiasikan dengan
keadaan kebutuhan biologis bawaan dan bersifat vital bagi kelangsungan hidup
organisme. Dorongan primer meliputi makanan,air,udara,penaturan suhu,buang air
besar,buang air kecil,tidur,hubungan seks, dan menghilangkan rasa sakit. Yang
kedua adalah adalah dorongan sekunder atau dorongan yang dipelajari, yang
berhubungan dengan situasi-situasi atau stimuli lingkungan yang diasosiasikan
dengan pereduksian dorongan primer sehinnga menjadi dorongan itu sendiri.
Karena itu stimuli yang sebelumnya bersifat netral dapat memiliki karakteristik
seuah dorongan karena mereka dapat memunculkan respon-respon yang sama dengan
respon yang dimunculkan oleh dorongan primer atau kondisi kebutuhan awal.
Contohnya dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam teori ini dorongan untuk makan tidak hanya
dikarenakan kita lapar namun kadang kita merasa ingin makan karena mencium
aroma makanan, ingin mencicipi atau bisa saja karena itu merupakan makanan
kesukaan kita. Oleh karena itu
munculah berbagai macam teori motivasi yang dapat melengkapi satu sama lain.
3. TEORI INSENTIF (incentive theory)
Pendekatan teori Insentif ini menitik
beratkan bahwa perilaku indivdu dilihat bahwa orang memperhitungkan keuntungan
dan kerugian berbagai tindakan berdasarkan Rasional. Jadi teori ini melihat
bahwa perilku individu berdasarkan keputusan rasional yag dibuat orang yang mempertinmbangkan
kerugian dan keuntungan. Artinya individu sebelum melakukan sesuatu harus
menimbang baik buruknya sesuatu kemudian mengambil alternatif yang terbaik
Teori
ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena
adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong organisme itu berbuat atau
berperilaku. Insentif atau bisa disebut reinforcement ada yang positif
ada yang negatif. Reinforcement yang positif berkaitan dengan hadiah, sedangkan
reinforcement yang negatif berkaitan dengan hukuman. Reinforcement yang positif
akan mendorong organisme dalam berbuat, sedangkan reinforcement negatif akan
dapat menghambat dalam organisme berperilaku. Ini berarti bahwa perilaku timbul
karena adanya insentif atau reinforcement.
Sebagai
contohnya ada anak yang awalnya malas belajar, dan prestasinya di sekolah
standard, lalu dia mendapatkan pengumuman bahwa yang juara kelas nanti akan
mendapatkan hadiah berupa laptop. Anak tersebut langsung termotivasi dan
menjadi giat dan rajin belajar. Reward disini berupa laptop.
4. TEORI ATRIBUSI
Teori ini ingin menjelaskan tentang sebab-sebab
perilaku orang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal (misal
motif, sikap, dan sebagainya) atau oleh keadaan eksternal. Teori ini dikemukan
oleh Fritz Heider dan teori ini menyangkut lapangan psikologi sosial. Pada
dasarnya perilaku manusia itu dapat atribusi internal, tetapi juga dapat
atribusi eksternal. Mengenal hal ini lebih lanjut akan dibicakan dalam
psikologi social
a)
Pengertian
Atribusi
Atribusi adalah
Memahami perilaku diri sendiri atau orang lain dengan menarik kesimpulan
tentang , apa yang mendasari atau melatar belakangi perilaku tsb. Myers (1996)
: kecenderungan memberi atribusi disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk
menjelaskan segala sesuatu (sifat ilmuwan manusia), termasuk apa yang ada
dibalik perilaku orang lain.
b)
Dimensi-Dimensi
Atribusi
a)
Penyebab-penyebab personal (internal) vs
penyebab-penyebab dilingkungan (eksternal) : penyebab dari dalam diri individu
atau diluar diri individu.
b)
Stabilitas : sifat mudah atau tidaknya faktor
penyebab berubah.
c)
Controll ability : terkendali,
berarti penyebab suatu kejadian berada di dalam kendali individu sendiri. Tidak
terkendali, berarti faktor penyebab berasal dari luar diri individu.
c)
Teori-Teori Atribusi
1)
Psikologi “Naif” dari Heider
Minat Psikologi
Sosial terhadap proses atribusi diawali dengan teori Fritz Heider (1958) yang
peduli tentang usaha kita untuk memahami arti perilaku orang lain, khususnya
bagaimana kita mengidentifikasi sebab-sebab tindakannya.
Secara umum,
perilaku dapat disebabkan oleh daya-daya personal (personal forces),
seperti kemampuan atau usaha dan oleh daya-daya lingkungan (environmental
forces), seperti keberuntungan atau taraf kesukaran suatu tugas. Jika suatu
tindakan diatribusi sebagai daya personal, akibatnya akan berbeda dengan
tindakan yang diatribusi dengan daya lingkungan.
Kita
mengatribusi suatu tindakan disebabkan daya personal, hanya jika orang yang
kita persepsi tersebut mempunyai kemampuan untuk bertindak, berniat untuk
melakukan dan berusaha untuk menyelesaikan tindakannya. Jika demikian, kita
beranggapan bahwa atribusi tersebut berhubungan dengan sifatnya, sehingga dapat
kita gunakan untuk meramalkan tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Di
sisi lain, jika kita mengatibusi sebagai daya lingkungan, hal ini tidak ada
hubungannya dengan sifat orang yang kita persepsi, sehingga tidak dapat
digunakan untuk meramalkan tindakan-tindakan di masa yang akan datang.
2)
Teori Atribusi
dari Kelley
Teori Harold Kelley
merupakan perkembangan dari Heider. Fokus teori ini, apakah tindakan tertentu
disebabkan oleh daya-daya internal atau daya-daya eksternal. Kelley
berpandangan bahwa suatu tindakan merupakan suatu akibat atau efek yang terjadi
karena adanya sebab. Kelley mengajukan tiga faktor dasar yang kita gunakan
untuk memutuskan hal tersebut, yaitu:
Ø Konsistensi : respon dalam berbagai waktu dan
situasi, yaitu sejauh mana seseorang merespon stimulus yang sama dalam situasi
atau keadaan yang yang berbeda.
Ø Informasi konsensus : bagaimana seseorang
bereaksi bila dibandingankan dengan orang-orang lain, terhadap stimulus
tertentu.
Ø
Kekhususan (distinctiveness)
: sejauh mana orang yang kita atribusi tersebut memberikan respon yang berbeda
terhadap berbagai stimulus yang kategorinya lama.
Atribusi
eksternal : konsistensi tinggi, konsensus tinggi dan kekhususan tinggi.
Atribusi
internal : konsistensi tinggi, konsensus rendah dan kekhususan rendah.
Atribusi
internal-eksternal: konsistensi tinggi, konsensus rendah dan kekhususan tinggi.
3)
Teori Correspondence Interference (Jones
dan Davis)
Setiap individu
seolah-olah akan membuat inferensi, seperti inferensi statistik, yaitu mencari
pola umum (hukum umum) dengan membuang informasi yang tidak relevan. Sebutan
inferensi koresponden juga disebabkan karena teori ini mencari korespondensi
antara perilaku dengan atribusi disposisional (internal) yang berbeda dengan
penyebab-penyebab atribusi situasional.
Teori ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu perilaku itu disebabkan oleh disposisi
(karakteristik yang bersifat relatif stabil) pada individu atau tidak.
Pertama-tama
yang harus diketahui adalah akibat. Dengan mengetahui akibatnya, dapat
diketahui intensi atau niat orang berbuat. Diyakini ada niat atau kesengajaan
dalam berbuat, kalau individu mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk
melakukan suatu tindakan.
Setelah
diketahui niat atau kesengajaan maka diinterferensi apakah perbuatan tersebut
diperbuat karena faktor disposisional atau bukan. Untuk meyakini adanya faktor
disposisional, maka harus ada dua hal yang dipenuhi, yaitu:
Ø noncommon effects (akibat khusus)
: perilaku tersebut bersifat unik pada individu, yaitu diantara berbagai
pilihan yang mungkin dilakukan, individu memilih yang paling unik
Ø social desirebility (kepantasan
atau kelayakan sosial) : seberapa jauh perbuatan mempunyai nilai sosial yang
tinggi. Kalau suatu perbuatan memang diinginkan banyak orang, maka perbuatan
tersebut mempunyai nilai kepantasan sosial yang tinggi.
4)
Teori Bernard Weiner
Untuk memahami seseorang
dalam kaitannya dengan suatu kejadian, Weiner menunjuk dua dimensi, yaitu:
Ø Dimensi internal-eksternal sebagai sumber
kausalitas
Ø Dimensi stabil-tidak stabil sebagai sifat
kausalitas
d)
Dimensi-dimensi
Atribusi Menurut Weiner
Stabil secara
internal: kemampuan, intelegensi, karakteristik-karakteristik fisik. Stabil
secara eksternal: kesulitan tugas, hambatan lingkungan. Tidak stabil secara
internal: Effort, mood, fatique. Tidak stabil secara eksternal:
keberuntungan (luck), kebetulan (chance), kesempatan (opportunity).
Atribusi
terdiri dari dua macam, yaitu:
1)
Atribusi Diri
Menurut Bem (1967, 1972) dalam mengatribusi
diri sendiri kita kebanyakan menggunakan proses yang sama seperti mengatribusi
orang lain. Biasanya kita terlebih dahulu melihat apakah ada penyebab perilaku
kita yang berasal dari lingkungan melalui daya-daya eksternal. Jika tidak ada
selanjutnya kita berasumsi bahwa perilaku kita terjadi karena motif-motif
internal atau sifat-sifat pribadi kita sendiri. Pada akhirnya kita akan
mengenali karakter kita sendiri melalui perilaku-perilaku kita.
Tokoh lain,
Jones dan Nisbet (1972) membuat hipotesis lain, yaitu meskipun prosesnya
mungkin sama, namun proses mengatribusi diri sendiri dan mengatribusi orang
lain tidaklah sama. Kita cenderung melihat perilaku kita lebih banyak
dikendalikan oleh situasi, sementara kita melihat perilaku orang lain lebih
disebabkan oleh daya-daya internal. Perbedaan ini disebabkan karena kita
melihat diri kita sendiri sebagai pribadi yang stabil yang berinteraksi dengan
lingkungan yang berubah-ubah. Karena lingkungan yang berubah-ubah, maka kita
menyimpulkan bahwa perilaku kita disebabkan karena perubahan situasi. Lain
halnya jika kita mengamati perilaku orang lain, bagaimana pun juga kita melihat
bahwa lingkungan merupakan factor yang stabil dan orang yang kita amati
berubah-ubah.
2)
Teori Sumber
Perhatian Dalam Kesadaran (conscious attentional resources)
Teori ini
menekankan proses yang terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi
(pengamat). Gilbert dkk (1988) mengemukakan bahwa atribusi harus melewati
kognisi dan dalam kognisi terjadi 3 tahap, yaitu :
Ø Kategorisasi :
pengamat menggolongkan dulu perilaku orang yang diamati (pelaku) dalam jenis
atau golongan tertentu sesuai dengan skema yang sudah terekam terlebih dahulu dalam
kognisi pengamat (skema kognisi).
Ø Karakterisasi :
pengamat memberi atribusi kepada pelaku berdasarkan kategorisasi tersebut.
Ø Koreksi :
mengubah atau memperbaiki kesimpulan yang ada pada pengamat tentang pelaku.
Dalam
kehidupan sehari-hari siklus kategorisasi, karekterisasi dan koreksi ini
terjadi dalam setiap hubungan antarpribadi. Hubungan dapat bersifat positif dan
negatif atau dapat berlanjut dan putus berdasarkan karakterisasi yang diberikan
pada saat tertentu.
e)
Kesalahan
Atribusi
Menurut Baron
dan Byrne (1994) kesalahan bersumber pada beberapa hal, yaitu:
1)
Kesalahan atribusi yang mendasar (the
fundamental attribution error)
Kesalahan
atribusi yang mendasar ini diakibatkan kecenderungan untuk selalu memberi
internal dalam melihat perilaku seeorang. Misalnya di kantor akademik fakultas
dakwah dan ilmu komunikasi, salah seorang petugasnya marah pada salah seorang
mahasiswa yang ingin urusannya serba cepat, atau lebih dulu diselesaikan. Oleh
karena itu mahasiswa tersebut tidak mematuhi aturan-aturan yang ada, petugas
akademik tersebut marah. Orang akan mengambil kesimpulan bahwa pegawai
kelurahan merupakan orang yang pemarah, tidak sabar, dan sebagainya.
Cara
mengatribusi seperti diatas mungkin tidak tepat, karena ada kemungkinan bahwa
orang tersebut marah karena memang didorong oleh factor situasi atau factor
eksternal, jadi bukan semata-mata factor internalnya saja.
2)
Efek pelaku-pengamat (the actor-observer
effect)
Proses persepsi
dan atribusi sosial tidak hanya berlaku dalam hubungan antarpribadi, melainkan
juga terjadi dalam hubungan antar kelompok, karena pada hakikatnya
prinsip-prinsip yang terjadi ditingkat individu dapat digeneralisasikan ke
tingkat antar kelompok.
Kesesatan
disini adalah orang melihat prilaku orang lain hanya dari factor dalam,
sedangkan kalau perilakunya sendiri hanya dilihatnya dari luar. Misalnya A
melihat si B jatuh, si A beranggapan si B jatuh karena tidak hati-hati.
Sedangkan apabila si A sendiri yang jatuh, si A akan mengatakan dia jatuh
karena jalannya licin, sepatunya rusak, dan sebagainya.
3)
Pengutamaan diri sendiri (the self-serving
bias)
Setiap orang cenderung untuk membenarkan diri
sendiri dan menyalahkan orang lain. Bila orang mengalami keberuntungan, maka
orang akan mengatakan itu disebabkan factor internal, sedangkan kegagalan
dirinya disebabkan factor eksternal. Misalnya si B berhasil mendapatkan nilai
yang bagus, si A akan menunjukkan bahwa si B berhasil karena si B rajin
belajar, intelegensinya tinggi, dan sebagainya. Sebaliknya jika A yang
mendapatkan nilai yang buruk, si A akan menunjukkan bahwa nilainya jelek
diakibatkan soalnya terlalu sulit, dosennya pelit dan sebagainya.
Maka timbullah
pertanyaan dibenak kita, mengapa dia melakukan demikian?
Dalam menjawab
pertanyaan ini, ada beberapa pendapat, yaitu:
Ø Orang mengambil sikap demikian untuk
mempertahankan harga dirinya, yaitu bahwa seakan-akan sesuatu yang tidak baik
itu disebabkan dari factor luar dirinya. Dengan demikian harga dirinya tidak
jatuh.
Ø Orang mengambil sikap itu, orang lain akan
tetap respek padanya, karena hal-hal yang tidak baik itu disebabkan oleh
factor-faktor luar dirinya, sehingga dengan demikian masyarakat akan tetap
menghargainya, dan ini disebut self-presentation.
f)
Efek-Efek
Atribusi Kausal
1)
Penghargaan
tentang masa mendatang (future)
Ø Stabilitas atribusi
Weiner
dkk berpendapat bahwa pengharapan atau keyakinan tentang masa mendatang
merupakan fungsi dari kinerja masa lalu “past-performance” dan
stabilitas atribusi terhadap performance masa lalu
Ø Sekte dan perbedaan ras
Perempuan
cenderung menerangkan keberhasilan atau kegagalan pada faktor diluar dirinya
sedangkan laki-laki berpegang pada kemampuan. Hal ini dipengaruhi stereotype yg
berkembang dimasyarakat.
Ras kulit hitam
dipandang lebih rendah kemampuannya dibandingkan orang kulit putih
Ø . Interpersonal self-fulfilling prophecies
Penghargaan
akan performance orang lain dapat menyebabkan orang lain tersebut berperilaku
sesuai pengharapan atas dirinya.
2)
Evaluasi
Evaluasi
berkaitan dengan reward (hadiah) dan punishment (hukuman)
Evaluasi berkaitan
dengan usaha dan kemampuan
3)
Motivasi berprestasi
Motivasi
prestasi naik: cenderung menilai sukses sebagai hasil dari tingginya kemampuan
dan usaha. Motivasi prestasi turun: cenderung menilai sukses pada faktor
eksternal dan kegagalan pada faktor internal
Atribusi adalah
Memahami perilaku diri sendiri atau orang lain dengan menarik kesimpulan
tentang , apa yang mendasari atau melatar belakangi perilaku tsb. Myers (1996)
: kecenderungan memberi atribusi disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan
segala sesuatu (sifat ilmuwan manusia), termasuk apa yang ada dibalik perilaku
orang lain.
g)
Analisis Teori
Atribusi
Teori atribusi
adalah bagaimana kita membuat keputusan tentang seseorang. Kita membuat sebuah
atribusi ketika kita merasa dan mendeskripsikan perilaku seseorang dan mencoba
menggali pengetahuan mengapa mereka berperilaku seperti itu.
Untuk menilai
orang lain berdasarkan sifat-sifat, tujuan atau kemampuan tertentu,
mengharuskan kita untuk membuat atribusi atau kesimpulan tentang mereka. Karena
kita tidak memiliki akses tentang pikiran-pikiran pribadi, motif ataupun
perasaan orang lain, kita membuat kesimpulan tentang sifat-sifat mereka
berdasarkan perilaku yang dapat kita amati. Dengan membuat atribusi semacam itu
kita dapat meningkatkan kemampuan kita dalam meramalkan apa yang diperbuat oleh
orang tersebut di kemudian hari.
Fulan adalah seorang anak yang taat pada peraturan.
Dalam prinsipnya tidak ada kata melanggar. Dari kecil hingga sekarang fulan
terbiasa untuk tepat waktu dan patuh. Patuh kepada orang tua, patuh kepada
peraturan sekolah, dan patuh pada peraturan-peraturan lalu lintas.
Kepatuhan Fulan dalam peraturan bukan karena alasan.
Alasan yang dia miliki bahwa aturan yang ada atau dibuat adalah untuk membuat
kehidupan yang selaras dan nyaman. Dengan peraturan yang ada segalanya bisa
lebih teratur. Termasuk peraturan yang datangnya dari tuhan. Membuat
kesuluruhan keadaan menjadi teratur dan rapi. Dan Fulan mengagumi segala hal
yang teratur dan rapi.
Fulan merasa sangat terlambat untuk kesekolah saat
itu. Karena dipaginya ibunya mendadak meminta Fulan untuk mengantarkan sarapan
kepada kepada dua anak yatim yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Terlebih
Fulan sangat hormat kepada ibunya, apapun perintah ibunya Fulan tidak kuasa
untuk menolak.
Akhirnya ketika Fulan berangkat sekolah, dia menerobos
lampu lalu lintas. Saat dipersimpangan, lampu merah baru menyala dan waktunya
masih 90 detik. Sedangkan jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh serta
waktu untuk bel masuk sekolah kurang 5 menit lagi. Itulah kali pertama ia
menerobos lampu lalu lintas.
5. TEORI KOGNITIF
Pendekatan Kognitif menyatakan,
bahwa perilaku kita dipengaruhi oleh reinforcement, proses imitasi, dan proses
kognisi. Pendekatan kognitif kontemporer memandang manusia sebagai agen aktif
dalam menerima, menggunakan, memanipulasi, dan mentransformasi informasi. Fokus
utama pendekatan kognitif kontemporer adalah bagaimana kita secara mental
menstruktur dan memproses informasi yang datang dari lingkungan. Kita tidak
dapat memahami perilaku sosial, jika tanpa mendapatkan informasi dan
memprosesnya dalam kognisi.
Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti dilakukan, maka
pada umumnya yang bersangkutan akan mnemilih alternatif perilaku yang akan
membwa manfaat yang sebesar-besarnya bagi yang bersangkutan. Ini yang
disebut sebagai model subjective expected
utility (SEU). Dengan kemampuan memilih ini berarti faktor berpikir
berperan dalam mementukan pilihannya. Dengan kemampuan berpikir seseorang akan
dapat melihat apa yang telah terjadi sebagai bahan pertimbangannya di samping
melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan juga dapat melihat ke depan
apa yang akan terjadi dalam seseorang bertindak. Dalam model SEU kepentingan
pribadi yang menonjol. Tetapi dalam seseorang berperilaku kadang-kadang
kepentingan pribadi dapat disingkirkan. Sebagai contohnya,
inget film yang lagi booming akhir – akhir ini nggak ?? film yang berjudul
“5cm“ yang premier tayang perdana tanggal 12-12-12 kemarin. Disana diceritakan
usaha 5 sahabat menempuh perjalanan yang begitu sulit untuk mencapai puncak
tertinggi jawa (mahameru). Mereka beusaha melawan udara dingin dan batu –batu
kerikil yang menghalangi mereka demi mencapai puncak mahameru untuk bisa
menaklukkan mahameru.Nah mereka ini di motivasi oleh pikiran dan harapan mereka
untuk bisa mencapai puncak mahameru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
perilaku
manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar. Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan
individu itu sendiri dan lingkungannya. Perilaku itu didorong oleh motif
tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori
yaitu teori insting, teori dorongan, teori insentif, teori atribusi, dan teori
kognitif.
Teori insting
merupakan kecenderungan paling dasar untuk bertingkah laku,yang berasal dari
bawaan biologis dan sebagai perwujudan psikologis dari sumber rangsangan
somatik dalam yang dibawa sejak lahir. Teori
dorongan dapat juga didefinisikan yaitu sebagai energi yang memunculkan
perilaku yang diarahkan kepada jenis tujuan yang spesifik,biasanya untuk
memuaskan kebutuhan dasar.Teori insentif teori ini melihat bahwa perilku
individu berdasarkan keputusan rasional yag dibuat orang yang mempertinmbangkan
kerugian dan keuntungan.Teori Atribusi adalah Memahami perilaku diri sendiri
atau orang lain dengan menarik kesimpulan tentang , apa yang mendasari atau
melatar belakangi perilaku tersebut.Teori kognitif bahwa perilaku kita dipengaruhi oleh
reinforcement, proses imitasi, dan proses kognisi.
DAFTAR PUSTAKA
Amanda Belina Tetinsya , 2013, Teori
Psikologi Sosial, Paper, Makasar,
Fakultas Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
Bimo
Walgito, 2004, Psikologi Sosial Suatu
Penghantar, Yogyakarta : Andi,
Yeni Widyastuti, 2014, Psikologi
Sosial, Yogyakarta, Graha Ilmu.
Yuli Darwati, 2014, Pengertian dan
Ruang Lingkup Psikologi Sosial, Banten, Untirta.
Arif,Iman
Setiadi, ,Dinamika Kepribadian Gangguan dan Terapinya,
Semiun, Yustinus. 2012. Teori
Kepribadian dan Teori Psikoanalisis Freud. Yogyakarta : Kanisius.